Tidak ada hal yang menarik belakangan ini, alur hidup berjalan cukup monoton namun berjalan cepat. Di dalam keseharian ini, terkadang saya merenung jauh, mencari jati diri sesungguhnya yang ingin digapai.. (ah sok banget.. tapi emang iya.. kok kayanya saya sekarang dalam kapal yg terombang ambing yah.. fiuh.. semangat! semangat! yosh..)
Oh iya, sebelum lupa, saya pengen ngucapin Dirgahayu Kemerdekaan RI ~ *Happy belated ya..* Maju terus Indonesia, ukirlah prestasimu di segala bidang : pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya (selain budaya eksport TKI tentunya). Buatlah warga negaramu bangga memiliki tanah air Indonesia.. MERDEKA! (maap ya walopun saya lupa hening cipta sesuai anjuran dari komunitas massa Indonesia di jepang ~ telat baca emailnya, tapi saya tetep cinta Indonesia kok)
Kali ini saya ingin posting mengenai seseorang yang luar biasa hebat, Lee Hee Ah~the four finger pianist. Tadinya iseng nyari permainan piano Hisaishi, Joe lalu nyasar ke video nya gadis Korea yg talented ini. Terus terang saya berasa ditampar hebat bolak balik, kiri kanan, atas bawah, depan belakang (lengkap dhe, emang enak 😀 Enak siy, krn jadi lebih semangat, hehe..). Yah, saya disadarkan dengan tubuh saya yang lengkap ini, saya masih suka mengeluh untuk hal2 yg terkadang tidak prinsipal utk dikeluhkan, lalu kekuatan mental dan semangat saya juga kalah dengan beliau.
Video pertama mengenai gadis ini yang saya tonton adalah kolaborasi duet indah dengan Hirahara, Ayaka. Benar2 kolaborasi yang menyentuh sekali, mata saya sampai berkaca2..
Coba dhe nonton video yg ini dulu sebelum baca lanjutan posting ini (hayati musik dan kolaborasi yang sedemikian indahnya.. saya yakin pasti teman2 mengerti perasaan emosional yg membuat mata saya berkaca2 dari performance tsb yg kemudian membuat saya berasa ditampar). Kalau tidak berkaca2, ya sudah, anggap sajah perasaan saya yang terlalu lembut sensitif, 😀
File video lainnya, Lee Hee Ah mengiringi cowo2 Korea yg keren2..(Tata yg lagi cinta ama Korea, tolong diterjemahkan donk tulisan2 sapu lidi itu, hehe).
Really hat off for her! I sincere say that pls never look down on the unfortunate instead we have to help them with what we have. The unfortunates could be much precious and better than us.
Jadi teringat juga kata kenangan yang cukup mendalam dari alm JW:
“Help others,” and “If you cannot help them, at least do not harm others.”
“The past cannot be changed; the future is still in your power.”
*I am so much convinced with these words, BBU always bro JW. Hope everyone who find your words useful also send prayer for you there.*
Dan supaya lengkap, berikut hasil googling saya mengenai profil gadis Korea ini yang benar2 diberkati dan disupport oleh keluarga yang berjiwa besar dan pantang menyerah. Semoga cerita gadis yang luar biasa ini bisa menjadi inspirasi buat teman2 juga..
Happy Monday, semangat lagi setelah libur panjang.. semoga tidak mengeluh “I Hate Monday”.. (Krn Kalau ga ada Monday, ga ada Tue, Wed, Thu dan akhirnya ga ada TGIF weekend juga loh.. hehehe.. *peace* )
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Curhat Ibunda Pianis “Empat Jari”
“KARENA KAMU KEKURANGAN, TUHAN MEMBERI LEBIH”
Membesarkan putri yang dikaruniai empat jari, bukan hal mudah bagi Woo Kap Sun (50). Namun, ketabahan dan kesabarannya, kini membuahkan hasil. Putrinya, Hee Ah Lee (21), tumbuh menjadi pianis kondang di Korea. Berikut penuturan Woo pada NOVA melalui penerjemah.
(Suara lengkingan tembang My Way milik Frank Sinatra bergema di lounge sebuah hotel berbintang di Jakarta. Suara itu diikuti dentingan piano yang dimainkan Hee Ah Lee. Jari-jari pianis berusia 21 tahun tersebut dengan lincah menekan tuts piano. Hebatnya, Hee Ah, sapaan akrabnya, melakukannya hanya dengan keempat jarinya!
Berbagai nomor dari pianis kondang seperti Chopin, Bethoven, dan Mozart telah dikuasainya. Pianis yang telah diangkat sebagai warga kehormatan Korea ini telah mengeluarkan satu album bertitel Hee Ah, A Pianist with Four Finger.
Dia juga pernah pentas bersama pianis kondang Richard Clayderman di Gedung Putih, Washington. Sabtu [31/3], Hee Ah menggelar konser di Jakarta dengan tema Sharing the Strength of Love, yang merupakan rangkaian turnya keliling Asia.)
Memiliki seorang anak adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku.
Hari itu, 9 Juli 1985 di Seoul (Korea), aku melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Cantik bagiku tetapi tidak bagi keluargaku. Bayiku terlahir cacat. Dia hanya mempunyai empat jari tangan yang dalam istilah kedokteran disebut lobster claw syndrome dan kedua kakinya hanya sebatas lutut. Tak hanya itu, dia juga mengalami keterbelakangan mental.
Saat dia masih dalam kandungan, aku sudah tahu anakku akan terlahir cacat.Mungkin ini disebabkan selama mengandung aku banyak minum obat. Saat itu, keluarga besar melarang aku melahirkan anak itu. Aku tidak bisa. Bagaimana pun juga, ini anakku. Darah dagingku sendiri dan tidak mungkin aku gugurkan.
Aku pun melahirkan anak ini tanpa adanya dukungan dari keluarga. Saat anak ini lahir pun, keluarga menganggapnya suatu aib dan memintaku agar menyerahkan anak itu ke panti asuhan. Tetapi aku tetap mempertahankan bayi ini.
Aku menamakan buah hatiku Hee Ah Lee. Hee berarti sukacita dan Ah adalah tunas pohon yang terus tumbuh. Sedangkan Lee merupakan nama keluarga. Jadi, harapanku, Hee Ah Lee berarti sukacita yang terus tumbuh seperti tunas pohon.
DIDIDIK LIMA GURU
Saat umur Hee Ah menginjak tujuh tahun, tangannya masih belum bisa berfungsi. Memegang pensil pun tak bisa. Aku menggunakan piano kecil kami di rumah untuk melatih tangan Hee Ah. Tidak mudah mengajarinya main piano. (Kaki Hee Ah tak bisa menginjak pedal piano. Karena itu, pedal piano ditinggikan agar bisa diinjak.) Apalagi, bermain piano, kan, tidak hanya asal main. Ada nada-nada yang harus “dihitung-hitung” . Padahal, Hee Ah tak bisa berhitung karena menderita keterbelakangan mental.
Aku membantu Hee Ah memindah-mindahkan tangannya dan memberi tahu perpindahan nada. Aku perlihatkan juga partiturnya. Saya perkenalkan nada-nada, do re mi.
Hee Ah juga didampingi guru. Jou Mi Kyung merupakan guru pertamanya. Dialah guru yang paling berkesan bagi aku dan Hee Ah. Guru inilah yang mengajari Hee Ah dasar-dasar bermain piano. Jou juga memperlakukan Hee Ah sebagai layaknya orang yang bermain dengan 10 jari. Tak hanya itu, Jou juga memberi sebuah grand piano pada Hee Ah. Aku dan Hee Ah tak bisa melupakan guru yang satu ini.
Guru kedua Hee Ah bernama Kim Kyung Ok. Kim yang seorang dosen di sebuah universitas yang mengajari nada-nada. Lalu, Han Je Hi merupakan guru ketiga Hee Ah. Dari Han, Hee Ah belajar bagaimana bermain piano dengan perasaan dan pikiran. Bermain piano bukan hanya berarti sentuhan jari saja melainkan juga harus dengan perasaan. Bagi orang yang mengerti permainan
piano, lagu yang dimainkan dengan indah jika tidak dimainkan dengan perasaan, akan terdengar tidak indah.
Guru keempat Hee Ah adalah Lee Sin Hyang. Saat belajar bersama Lee, Hee Ah sudah dikenal masyarakat. Lewat Lee, Hee Ah belajar bernyanyi. (Saat manggung, Hee Ah kadang tak hanya bermain piano melainkan juga bernyanyi.Tak jarang, dia duet dengan artis lain.)
Guru kelimanya bernama Om Gi Hwan. Dia adalah seorang pencipta lagu dan hingga kini menjadi guru Hee. Ya, Hee Ah sekarang juga belajar bikin lagu. Berkat kelima gurunya itulah Hee Ah bisa menjadi seperti sekarang.
SEMPAT NGAMBEK MAIN PIANO
(Kehidupan Woo tak mudah. Selain mengurus Hee Ah, dia juga harus merawat suaminya yang veteran tentara Korea. Sebagian tubuh suaminya lumpuh karena terluka saat bertugas. Sejak berhenti dari dunia militer, suaminya didera penyakit yang mengharuskannya mengonsumsi berbagai obat-obatan penghilang rasa sakit.)
Aku bekerja sebagai perawat di rumah sakit tempat aku melahirkan Hee Ah. Di siang hari, aku merawat Hee Ah dan suami. Malamnya, aku berangkat bersama-sama Hee Ah ke rumah sakit. Saat aku bekerja, Hee Ah main piano di sampingku. Kebetulan, ada piano di rumah sakit itu. Hal ini berlangsung selama 10 tahun. Penghasilanku memang pas-pasan. Gajiku habis untuk beli obat buat suami dan bayar sopir. Sopir ini untuk mengajari Papa Hee Ah menyetir.
Papa Hee Ah memang ingin bisa menyetir agar bisa mengajari teman-temannya yang cacat seperti dirinya. Ya, meski papa Hee Ah setengah lumpuh, dia tetap berusaha beraktivitas seperti orang kebanyakan. Papa Hee Ah jago berenang dan main tenis meja, lo. Dia bahkan pernah dapat piagam penghargaan. Hee Ah pun kadang ikut papanya main tenis meja.
Belum selesai satu cobaan, cobaan lain datang. Aku ingat masa-masa dimana keluarga kami terkena sakit parah. Saat itu, Hee Ah berumur 14 tahun. Lutut Hee Ah luka dan terserang penyakit. Luka itu disebabkan Hee Ah terlalu sering berjalan dengan lutut. Maklum, Hee Ah yang tak punya kaki harus berjalan menggunakan lututnya. Hee ah masuk rumah sakit. Dia harus
dioperasi.
Saat Hee Ah sedang sakit, papanya juga sakit parah. Aku pun tak luput dari penyakit. Aku terkena kanker payudara. Mungkin ini akibat kecapekan dan stres tiada henti. Parahnya, Hee Ah mogok tak mau main piano. Aku sedih sekali.
Namun, aku sadar, Hee Ah sedang dalam masa puber. Mungkin dia sedang banyak pikiran. Hee Ah pun harus sampai masuk rumah sakit jiwa. Tetapi apa kata para dokter? Mereka bilang, satu-satunya solusi adalah Hee Ah harus tetap main piano. Akhirnya, saya bertekad untuk mengajari Hee Ah main piano dari awal lagi.
Aku berusaha mengembalikan rasa percaya diri Hee Ah. Aku berkata, “Kalau kamu berhenti dari sekarang, tidak ada orang yang akan memandang kamu. Kamu pun tidak akan percaya diri. Tenang aja, Tuhan akan membantu dan berada di samping kamu. Karena kekurangan jari, kamu mungkin tidak seperti orang kebanyakan. Tetapi karena kamu punya kekurangan, Tuhan pun pasti akan lebih memberi.”
Sambil bercanda, aku juga katakan padanya agar lebih fokus main piano.
“Jangan lihat-lihat cowok. Setelah kamu benar-benar sukses, cowok mana pun pasti akan mengejarmu.”
Ada satu hal lagi yang mengetuk hati Hee Ah. Saat itu, di Korea terbit buku tentang Hee Ah, untuk anak-anak. Setelah buku itu terbit, banyak anak yang mengirim surat pada Hee Ah. Aku dan Hee Ah senang membaca tulisan anak-anak itu. Surat dari anak-anak itu menggugah semangatnya. Hee Ah mulai main piano lagi. (Kini jika sedang sekolah, Hee Ah berlatih minimal
6 jam sehari. Jika sedang libur, dia berlatih minimal 13 jam sehari.)
TAK TAKUT “TINGGALKAN” HEE AH
Saat karier Hee Ah mulai menanjak, kesedihan kembali melanda keluarga kami. Papa Hee Ah menghadap Yang Kuasa. Demi mengurus semua keperluan Hee Ah, aku terpaksa berhenti dari pekerjaan saya. Aku akan selalu bertekad membuat Hee Ah bahagia.
Melihat Hee Ah seperti sekarang ini rasanya tak terucapkan dengan kata-kata. Aku benar-benar merasa bahagia dan bangga punya anak seperti Hee Ah. Aku lebih senang lagi karena dia bisa jadi contoh bagi anak-anak yang punya cacat fisik. Hee Ah ibarat biji yang menanam untuk orang lain supaya bisa mendidik orang seperti dia.
Jika nanti saya sudah tidak ada, saya yakin pasti ada orang yang lebih sayang padanya. Kalau bisa, sebelum saya meninggal, Hee Ah telah menemukan pasangan yang benar-benar bisa melindungi dan mencintainya setulus hati agar dia bisa hidup bahagia. Sebagai pengganti Mama.
(Rasa bangga dan bahagia tampak jelas di raut wajah Woo. Bagaimana tidak, berkat didikannya, Hee Ah bisa dengan mudah memegang sendok dan sumpit. Kini, Woo yang telah sembuh dari kanker payudara senantiasa setia menemani sang putri tur keliling dunia. He Ah memang telah membuktikan dirinya bisa berprestasi berkat ketekunannya. Ya, seperti lirik My Way yang
dilantunkannya siang itu: I faced it all and I stood tall and I did it my way. )
sumber dari milist
wah keren loh…. aku juga baru beli buku dan sebagian dah dibaca tentang Miyuki Inoue. Bukunya lagi best seller di Gramedia loh. belum selesai baca sih. Nah si miyuki ini gadis buta yang ibunya jahat tapi baik. 😀
belum denger piano hee ah nih. segera deh bakal aku denger …
wah baru denger pertama kali ini namanya Lobster Claw Syndrome. Thanks dah nulis di post ini 😀 jadi tau sekarang ..
God is always fair 🙂
wah bagus juga buat jadi inspirasi.
Dari kedua tangan hanya ada 4 jari, wil? Hebat yah.
Disini ada buku yang tentang anak jepang beratnya cuma 500 gram (kalo tidak sala) saat dilahirkan. best seller juga, mungkin lu dah baca versi Jepannya ya…
dia kan waktu itu pernah konser di Jakarta, pitshu posting artikel tentang dia di blog ^^
http://ornitier.blogspot.com/2007/05/keajaiban-musikal-hee-ah-lee.html
sayangnya klo konser2 kekgitu itu, selain tiketnya mahal, juga penuh banget entah susah cari parkir atau apalah, padahal pengen lho nonton kek gituan ^^
wah, inspiring sekali kehidupan dia…
harusnya semangatnya ditularkan ke anak-anak indonesia ya…
iya niy,.. satu lagi inspiring story yang harus menjadi contoh….
-hidup adalah karunia yang harus diisi dengan syukur
-bukan kecantikan fisik, tapi hati yang mengasihi yang menjadikan seseorang berharga
o iya… btw kalo sakuralady jadi keluarganya gimana ? bakal minder ? ato malah bangga ? terlepas dia jadi sukses ato ngga loh ? anggap saja biasa-biasa aja ….
gimana ?
yang laen juga boleh menyatakan pendapat nya…
beneran lo Wil, aer mata gw nitik deh ah :((..emang Tuhan gak pernah tidur ya 🙂
@sandy : blom baca tuh.. sempet liat siy sblom ke jpg.. tapi ga beli. ntar mao coba cari dhe.. tapi udah dipilemkan juga khan tuh
@anung : yeah..
@Pretty : iya itu yg dibilang Sandy.. best seller ya..
@Pitshu : iya pernah konser, jadi pengen nonton.. 😀
@yayan : iya, tapi sekarang dah cukup banyak buku motivasi biografi dari orang2 luar biasa spt Lee Hee Ah .. Dan menurutku, anak2 Indonesia sudah semakin gemar membaca dan kalau baca kisah spt itu cukup bagus untuk membentuk semangat anak2 Indonesia. 🙂
@lita : totally with you. 😉
@sandy : Tergantung kapan itu. Kalau berkaca dari pengalaman masa kecil (apalagi pas menginjak ABG), aku sempat minder dengan kekurangan di keluargaku dimana temen2 lain rumahnya gedong, tidak pada keluargaku.. Tiap kali temen mo dateng, malu.. tapi akhirnya disadarkan ama papa kalau the real friend tidak lah melihat apakah kita kaya/miskin.. Jadi kalau pertanyaan itu dihadapkan pada aku sekarang, mungkin aku juga akan mempertahankan dan memperjuangkan hak hidupnya dan tidak malu memiliki anggota keluarga spt dia, tp bangga dan memperlakukan dia layaknya manusia normal. (well, blum pernah ngalami ini dan people do change in every stage of life, so ga tau juga kalau benar2 dihadapkan hal spt ini)
@yulia : iya, tuhan tidak pernah tidur.. tapi manusia juga harus berusaha.. 🙂
Wah sama dong … tiap kali ada temen mo dateng langsung aja tutup pintu dan jendela dan ditempel tulisan .. “Sedang keluar …!!!! Awas dateng lagi!!! ” (just kidding…) tapi aku juga malu kalo ada temen dateng .. soalnya keluargaku termasuk yang ngga rapih, barang kemana-mana dan ngga bersih. menurutku rumah kecil yang bersih sudah cukup buatku 🙂
gimana kalo Sakuralady punya temen kayak Lee Hee Ah .. ? Apa reaksi berlebihan ? Apa biasa aja ? Kadang kalau kita bersikap berlebihan malah membuat si temen kita itu merasa tidak nyaman. Bener ngga sih ? Menganggap normal mungkin cara yang paling baik. So omou ?
*terharu* 😦
duh gue dikantor ga bisa buka youtube… jd ga bisa liat d video nya
@Sandy : hehe.. reaksinya biasa aja.. khan dianggap sebagai makhluk normal kok. 😀
shitagatte, so omou ne.. 😀
@epi : huehue.. iya ntar kalo di t4 cipi aja. 😀
Omaigat….
This post really amazing…
* ci wil daku tak bisa play videonya, inet sini ga kuat… mo dunk di
print screenin hahaha..
ntar i cari artinya dee 😛
Selaen amazed ama Hee Ah nya…. i do really absolutely amazed ama maminya…
Can’t imagine if i have a life like that…
dari suami, anak, dia sendiri harus ditanggung ama dia, plus dia juga
ada sakit…
Well, the strength of a family is in mom i think…
Baca postingan ci wil jadi up lagiiii 😀
* Ci wil perna liat yang ttg co oz ga punya tangan kaki, tapi bisa
jalanin daily life..
Lupa kayaknya kemaren2 perna liat di postingan sapaaaa gitu… jeng
susi kayaknya.
@tata : iya.. memang luar biasa.. 😀
ga pernah liat yang co oz tuh.. sapa namanya?
Baru cek ke blog nya jeng susi…. yang di : http://acen147.blogspot.com/2007/08/jika-memang-kehendakmu.html
namanya pdt.nick ci wil…